Monday, November 5, 2018

Maafkan aku... Lucky


Aku melangkah dibalik kegelapan malam, berjalan diantara gedung-gedung tinggi juga diantara jalan bersalju ini. Ah sial! Mahluk itu masih saja terbayang didalam pikiranku. Kau tahu? Aku sudah mencoba berbagai cara, mulai dari psikiater, dokter, paranormal, bahkan seseorang yang ahli dalam bidang Demonologi, Tapi sayangnya itu semua tak berhasil.

Aku berjalan kedalam sebuah gang kecil, hanya suara siulanku yang membelah kesunyian malam ini. Tiba-tiba langkahku terhenti ketika kulihat sesosok bayangan berdiri dibawah sorotan bulan, diantara kegelapan.
Aku menyipitkan kedua mata, mencoba untuk mengetahui siapa itu.

"Oh tidak.. Tidak mungkin!" kata diriku dalam hati.
Ia yang semula berada di kegelapan kini mulai melangkah tenang kearahku— tampak gigi tajam yang berbaris rapi menghiasi senyum khas nya.
Aku segera memalingkan tubuhku dan berlari menjauh darinya.

***


Aku terbangun dan mendapati diriku tergeletak di atas aspal dingin dengan tembok batu-bata di sisi kanan dan kiriku. Kurasakan kepalaku sedikit sakit dan mataku masih memandang kabur jalanan di hadapanku.

"Dimana ini?" pikirku. Ku edarkan pandanganku ke segala arah penjuru mata angin. "Kota ini... Aku ada dimana".

"David, tunggu aku... hoshh... Hosshhh"

Aku menoleh, dan kulihat seorang anak laki-laki kurus dengan topi aneh dan sebuah payung warna-warni di genggamannya. Ia terus berlari tergesa-gesa dan melewatiku begitu saja. "Aku pikir aku pernah melihat mereka, tapi lebih baik aku mengejarnya dan bertanya padanya".
Ku putuskan untuk mengikutinya, dan aku menemukannnya. Ia tengah berbicara dengan seseorang. Aku rasa itu kawan bermainnya karna mereka terlihat akrab. Aku pun berjalan mendekati mereka berdua.

"Ayolah Lucky, lebih cepat atau Jay akan menangkap kita berdua".
"Tapi Davy, aku sudah lelah".
Seseorang melaluiku dan menghampiri kedua anak kecil itu. Ia berjalan tanpa melihat sedikit pun ke arahku. Terlihat senyum sinis dari wajah pemuda itu.

"Mau kemana kalian? Dasar dua sekawan bodoh!". Ucap pemuda itu. Ia langsung menggapai kerah baju anak kecil kurus itu dan membantingnya ke atas aspal. Pemuda itu melanjutkan aksinya dengan mendaratkan sebuah tinju tepat di hidung anak itu dan membuatnya tak sadarkan diri.

"Hey kau hentikan!!!" teriakku, namun pemuda itu tak mengindahkan perkataanku sedikit pun. Ia malah berjalan menuju ke anak lainnya.

Aku bisa melihat ketakutan dimata anak itu bahkan aku bisa merasakannya, setiap pukulan dan cekikan itu, aku dapat merasakannya.

Setelah puas menghajar kedua anak tersebut, pemuda berandalan itu mengambil beberapa uang dari saku mereka dan berjalan melewatiku lagi, dan anehnya ia sama sekali tidak menoleh ke arahku.

"Uhh... Lucky bangun lah... "

"Davy... Aku senang kau masih bisa sadar, aku rasa aku harus istirahat sebentar... "

Anak kurus itu kembali memejamkan matanya, dan temannya terduduk di sampingnya sembari terus memegangi bekas lukanya. "Aku tidak bisa diam dan membiarka Jason melakukan hal semaunya, aku... Aku akan memberinya pelajaran!!!"

"Ayolah bangun Lucky, sudah cukup dramamu itu".

Seketika pria itu membuka kembali kedua matanya, dan tersenyum lebar. "Hehe... Aku hanya ingin tidur siang sebentar, tapi baiklah, jadi apa yang kau rencanakan Davy? "

Mereka berdua saling berbisik di hadapanku, aku berpikir mungkin aku harus tahu apa yang akan mereka lakukan karna sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya apapun kepada mereka. Ya lagi pula mereka terus mengabaikan keberadaanku.

...

Langit mulai meredup dan awan hitam mulai berhamburan, rintik hujan mulai mengguyur wilayah ini, aku masih terus mengamati kedua anak kecil itu.
Mereka membawa sebuah pisau lipat dan menuju sebuah pergudangan, salah satu diantara mereka mengambil ponsel dan menghubungu seseorang, aku tak bisa mendengar dengan jelas namun raut wajah mereka terlihat kegirangan.

Beberapa menit kemudian, Seorang pemuda dengan jaket biru dongker menghampiri mereka, aku tak dapat melihat wajah itu karena ia berdiri membelakangiku.

"Jadi, dimana uang yang kau katakan itu Davy? cepatlah atau kau akan merasakan tinjuku lagi!!! "

Aku terus memperhatikan mereka namun "dimana anak yang satunya lagi? Bukankah ia berdiri disana tadi?". Aku mulai melangkah sedikit mendekat karena tempat mereka berada sungguh sangat minim pencahayaan dan aku terlonjak. Anak yang ku cari telah berada di belakang pemuda itu dan menikamnya dari belakang berkali-kali.

Pemuda itu terjatuh, namun anak itu terus menikamnya tanpa ampun. Dengan sigap pemuda itu membalikan tubuhnya dan menangkap tangan anak tersebut. Ia memelintirnya hingga pisau digenggamannya terjatuh. Kemudian ia mencekiknya dengan sekuat tenaga.

Anak kecil kurus itu terus memberontak namun cengkraman pemuda itu terlalu kuat.
Pemuda itu mulai bernyanyi...

"Davy dan Lucky berjalan bersama... Ding dong... Ada Jay disana dan... Baaaa tamatlah kalian!!! "

Pemuda tersebut terus menyeringai, dan anak laki-laki itu menatap kosong ke arah temannya yang terlihat sudah tak berdaya. Anak kecil itu mengambil sebuah batu besar dan berlari menuju pemuda yang mencekik sahabatnya. Ia menghantam dengan sangat keras kepala pemuda itu namun pemuda itu tetap tak melepaskan cengkramannya sekalipun darah mulai mengalir dari belakang kepalanya. Ia membalikan tubuhnya dan menatap bringas ke arah anak itu namun hantaman keras sekali lagi mendarat di kepalanya dan membuatnya tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir.

Aku terkejut dan menjerit namun ku dapati diriku telah berada di kamarku, "Apa tadi itu mimpi? Tapi rasanya begitu nyata". Gumamku.

Aku membuka tirai kamarku, nampak nya hujan tengah mengguyur kediamanku, tiba-tiba mataku tertuju pada sesuatu, Seseorang sedang berdiri disana.

Ku tutup kembali tirai kamarku dan kurasakan jantungku berdetak tak berirama, telepon genggamku berdering.

"Halo Jason? Apa kau baik, apa bekas luka di kepalamu itu kambuh lagi? Seharian ini aku tidak bisa menghubungimu, aku jadi khawatir".

"Aku baik Ran... " namun samar-samar suara Rani tergantikan oleh sebuah suara yang tak asing bagiku.

"Davy dan Lucky berjalan bersama... Ding dong ada Jay disana dan Baaaaa tamatlah kau!!! ".

Aku merasa sesuatu yang hangat membasahi tubuhku, nafasku mulai tersengal dan saat ku melihatnya berdiri di hadapanku, Ia menyeringai dengan detakan jantungku di genggamannya.

Senyuman itu..

Aku mulai mengingat masa laluku, Aku kembali menatap makhluk itu dan semuanya mulai menjadi gelap,

"Maafkan aku... Lucky".

No comments:

Post a Comment