Friday, December 7, 2018

Arwah Tetangga Yang Mengikuti Saya




Arwah Tetangga Yang Mengikuti Saya - ketika saya kuliah di daerah Bekasi, lokasi perumahan dan tempat kuliah saya lumayan jauh sehingga memakan waktu satu setengah jam baru sampai tempat kuliah menggunakan sepeda motor. Kegiatan saya selama kuliah hanya kuliah lalu pulang untuk part time mengajar, jadi ketika jadwal saya penuh saya bisa berangkat pagi jam 5.30 dan baru pulang jam 10 malam.

Pengalaman saya di mulai ketika tetangga saya tiba-tiba meninggal dunia, beliau orang yang sangat baik dan suka menyapa saya. Kepergian beliau meninggalkan bekas yang dalam karena beliau juga seorang marbot masjid. Awalnya saya tidak merasakan apa-apa selama beberapa hari bahkan selama tahlilan, tapi di hari ke-8 beliau meninggal. Saya sedang mengerjakan tugas deadline dari dosen karena harus dikumpulkan besok.

Sudah jam 2 pagi dan saya masih mengetik di depan komputer. *Tok, sebuah bunyi ketukan keras terdengar di pintu, bunyi itu sangat keras sampai saya loncat dari kursi karena kaget. Tidak ada bunyi lanjutan, hanya hawa yang semakin dingin di sekitar. Tanpa pikir panjang saya cabut semua kabel komputer dan langsung lari ke kamar.

“Waduh belum ke save, bodo amat lah”

Hari ke-14 beliau meninggal, saya pulang jam setengah 11 malam. Sesampainya di depan gang rumah saya ternyata gerbang sudah di tutup, saya turun dari motor hendak membuka gerbang tersebut. Belum sempat memegang gerbang saya melihat sesosok orang sedang duduk di bangku besi yang ada di pinggir jalan gang saya memakai baju putih dan peci putih, seketika bulu terasa merinding lalu saya kembali ke motor dan mengambil jalan memutar untuk sampai di rumah, “itu apaan ya?”.

Hari ke-15, saya kembali pulang malam dan kembali melihat hal yang sama, tanpa pikir panjang saya mengambil jalan memutar yang kemarin saya ambil, “benaran deh itu apaan sih?”.

Hari ke-16, kejadian sama terulang lagi seperti kemarin, karena pikiran sudah sangat penat dan lelah saya memberanikan diri untuk tidak mengambil jalan memutar agar tidak terlalu jauh. Saya masih melihat orang duduk di bangku dengan baju dan peci putih, saya buka gerbang gang, dan saya memasukan motor. Saya masih bisa melihat orang yang sama duduk di sana “mungkin memang orang” dalam hati.

Setelah saya menutup gerbang kemudian menguncinya lalu saya berbalik. Orang yang saya lihat sudah tidak ada. Tanpa basa basi saya menaiki motor dan saya gas sampai ke rumah sambil berusaha buat gak ngelirik ke bangku tersebut. Esoknya saya cerita ke ibu saya tentang pengalaman saya beberapa hari kebelakang. Ibu saya yang pada dasarnya takut akan hal gaib cuma diam. Tapi ayah saya yang diam-diam ikut dengar cerita cuma bilang.

“Dasar penakut”.

Setelah hari itu saya tidak mengalami kejadian seperti itu lagi walaupun saya pulang jam 2 pagi karena tugas kelompok, sekian.

No comments:

Post a Comment