Wednesday, January 23, 2019

Cerita Horror Nyata Malam Hari Di Perpustakaan



Cerita Horror Nyata Malam Hari Di Perpustakaan - Akhir-akhir ini skripsi telah menyita banyak waktu Fadhila. Setiap hari dirinya selalu sibuk mengerjakan skripsi–kalau kata mahasiswa tingkat akhir ‘yang tak ada ujungnya’—itu. Perempuan berusia 21 tahun tersebut harus segera menyelesaikan skripsinya jika ingin lulus dan wisuda tahun ini.

Setiap hari Fadhila dan teman-temannya menghabiskan waktu di perpustakaan dari siang hingga hampir malam. Well, mereka sudah sangat akrab—atau bisa dibilang CS-an—dengan penjaga perpustakaan, sehingga menetap di perpustakaan hingga malam tidak jadi masalah. Jika tengah dikejar deadline, tak jarang mereka begadang dan mengembalikan kunci perpustakaan ke rumah sang penjaga yang letaknya masih di sekitar area kampus.

Hari itu, lagi-lagi Fadhila dan beberapa temannya harus seharian menghabiskan waktu di perpustakaan. Mereka dikejar deadline, karena jika ingin mengikuti sidang bulan depan, skripsi mereka harus segera dikumpulkan, paling lambat besok. Hari itu, hari Kamis, Fadhilah dan teman-temannya bersama-sama mengerjakan skripsi di perpustakaan kampus yang terletak di sebuah gedung tua, dekat gedung Fakultas Teknik. Buku-buku berhamburan memenuhi meja panjang di tengah ruangan yang menjadi spot andalan mereka.

“Duh, kapan selesainya ya, ini skripsi gue, kok kayanya enggak berujung begini?” ujar Fadhila sambil menggerutu.

“Tenang aja, ingat, pantang pulang sebelum sidang, cuy!” kata Sesa, salah satu sahabat setia Fadhila sambil memberi semangat. Ya, kalimat ‘pantang pulang sebelum sidang’ memang menjadi slogan andalan mereka sebagai motivasi diri agar segera merampungkan skripsi dan kembali ke Jakarta setelah empat tahun merantau di Kota Kembang.

“Yaelah, tenang aja kali, Dhil, kalau enggak bisa lulus dan wisuda tahun ini, kan masih ada tahun depan!” ujar salah satu sahabat laki-laki Fadhila, Egi, sambil menertawakannya.

“Yeee.. enak aja lo, Gi! Lo aja sana yang wisuda tahun depan!” balas Fadhila dengan canda diiringi tawa ketiganya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 sore, perut mereka pun sudah terasa keroncongan akibat lapar.

“Duh, lapar, nih! Makan yuk? Makan apa ya, tapi?” ajak Sesa.

“Gue juga nih, lapar banget. Makan di Gelap Nyawang aja, yuk!” balas Egi. Well, daerah Gelap Nyawang memang menjadi tempat favorit para mahasiswa untuk santap pagi, siang, maupun malam.

“Mmm… iya sih lapar, tapi gue masih belum selesai nih, tinggal sedikit lagi, sih. Kalian duluan aja deh, nanti gue nyusul,” ujar Fadhila.

“Oo.. Yaudah deh, yuk! Kita tunggu di sana, ya!” ajak Sesa sambil menggandeng tangan Egi. Mereka berdua merupakan sepasang kekasih yang sudah hampir tujuh tahun bersama.

Waktu berlalu tanpa terasa, orang-orang yang berada di perpustakaan tersebut pun satu per satu pergi, begitu pula si penjaga perpustakaan.


“Neng Fadhila, saya pulang dulu, ya. Neng sampai jam berapa di sini? Nanti seperti biasa kuncinya dipegang saja dulu,” tanya si bapak penjaga perpustakaan.

“Eh iya, Pak. Saya sebentar lagi juga pulang, kok. Oke, Pak habis maghrib saya balikin kuncinya, ya, Pak!” balas Fadhila.

Si penjaga perpustakaan pun pergi, hingga tinggal hanya sekitar tiga orang yang berada di ruangan tersebut bersama Fadhila. Tak terasa, adzan maghrib berkumandang. Dua dari orang yang ada di dalam pun sudah pergi dari ruangan. Fadhila melihat sekitar, hanya tinggal satu orang yang duduk di deretan bangku pojok. “Hmm.. sebentar deh, sedikit lagi tanggung, habis ini baru pulang,” pikir Fadhila dalam hati.

Tak lama, Fadhila pun memutuskan untuk pulang. Ia mengembalikan buku-buku yang sudah selesai ia baca ke raknya tempat semula. Saat selesai merapikan buku, ia pun baru ingat lampu di bagian pojok lupa ia nyalakan, mengingat hari sudah mulai gelap. Ia menekan saklar di pojok ruangan untuk menyalakan lampu. “Ceklek..”. Setelah lampu menyala, ia baru sadar, satu orang yang tertinggal tadi di dalam ruangan ternyata juga telah pergi. Ia pun baru sadar bahwa dirinya tinggal sendirian di sana.

Fadhila memalingkan badannya dan kembali mengarah ke meja panjang untuk mematikan laptopnya yang masih terbuka di sana. Betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok perempuan cantik di ujung meja panjangnya tadi. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada perempuan tersebut.

“Eh.. mmm.. Belum mau pulang ya? Saya pegang kuncinya nih, harus segera dikembalikan malam ini ke penjaga perpustakaan. Mbak mau pulang jam berapa ya, kira-kira?” tanya Fadhila dengan sangat hati-hati.

Perempuan yang tampak sepantaran dengannya tersebut hanya tersenyum, menatap Fadhila sambil menopang dagu dengan kedua tangannya tanpa sepatah kata pun terucap.

Fadhila merasakan ada yang aneh. Ia baru sadar, hari itu adalah hari Kamis. Malam Jumat! Ia pun memutuskan untuk buru-buru merapikan laptop dan tasnya. Saat hendak memasukkan laptop ke dalam tasnya, betapa terkejutnya Fadhila. Perempuan yang berada di ujung meja panjang–dengan panjang kira-kira 2,5 meter—tersebut tiba-tiba maju dengan cepatnya ke arah Fadhila yang juga berada di ujung meja di sisi berlawanan. Tak tanggung-tanggung, perempuan tersebut maju ke arahnya dengan menggunakan kedua sikunya sambil tetap menopangkan dagu di atas kedua tangannya. Entah bagaimana bisa perempuan tersebut 'berjalan' atau 'merayap'  atau apapun sebutannya—di atas meja. Fadhila pun tak melihat sedikitpun sepasang kaki pada perempuan tersebut.

Sontak, Fadhila berteriak dan berlari turun ke arah tangga, keluar dari gedung menuju rumah pak penjaga perpustakaan yang jaraknya tak jauh dari gedung perpustakaan.

“Assalamualaikum, Pak!” ucap Fadhila sambil mengetok pintu rumah si penjaga perpustakaan dengan keras dan terburu-buru akibat panik.

“Eh, Neng, sudah selesai tugasnya? Ada apa atuh, kenapa mukanya panik begitu seperti habis melihat hantu?” jawab si penjaga perpustakaan sambil membukakan pintu rumahnya.

“Memang, Pak, memang saya habis melihat hantu!” jawab Fadhila sambil sedikit berteriak.

Fadhila pun menceritakan kejadian mistis tersebut kepada si bapak. Ternyata penampakan ‘perempuan cantik’ tersebut bukanlah kali pertama. Menurut si penjaga perpustakaan, ‘perempuan jadi-jadian’ tersebut adalah ‘penunggu gedung’ yang katanya mantan mahasiswi yang meninggal bunuh diri akibat loncat dari lantai 10 gedung tua tersebut. Konon katanya, arwahnya sering 'mampir' ke setiap lantai gedung, tak terkecuali ke perpustakaan!



No comments:

Post a Comment